12/20/2013

Nikah untuk Menjaga Kesucian


nikah-suciTentu saja jika seseorang ingin menjaga kesucian dirinya, pasti Allah akan menolongnya. Yang dimaksud di sini adalah menjaga kesucian dirinya dengan menikah, maka tentu Allah pun akan menolongnya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda tentang tiga golongan yang pasti mendapat pertolongan Allah. Di antaranya,
وَالنَّاكِحُ الَّذِي يُرِيدُ الْعَفَافَ
"… seorang yang menikah karena ingin menjaga kesuciannya.” (HR. An Nasai no. 3218, At Tirmidzi no. 1655. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan). Ahmad bin Syu’aib Al Khurasani An Nasai membawakan hadits tersebut dalam Bab “Pertolongan Allah bagi orang yang nikah yang ingin menjaga kesucian dirinya”.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ
"Wahai para pemuda, barangsiapa yang memiliki baa-ah , maka menikahlah. Karena itu lebih akan menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, maka berpuasalah karena puasa itu bagai obat pengekang baginya.” (HR. Bukhari no. 5065 dan Muslim no. 1400).
Muhammad 'Abdurrahman bin 'Abdurrahim Al Mubarakfuri berkata bahwa yang dimaksud menjaga kehormatan adalah menjaga diri dari zina. Ath Thibiy berkata, "Gelora cinta sangat berat bagi manusia untuk menahannya seandainya bukan karena pertolongan Allah, tentu ia tidak bisa menjaga diri dari zina. Menjaga kesucian diri seperti ini sangatlah berat karena sudah merupakan tabiat dan jika terus dibiarkan, maka akan muncul sifat kebinatangan yang itu sungguh hina. Adapun jika kesucian seseorang  benar-benar terjaga, maka ia telah menggapai kedudukan mulia para malaikat." (Tuhfatul Ahwadzi, 5: 291).
Subhanallah ... Semoga Allah memudahkan kita untuk menjaga kesucian dan kehormatan kita.
Hanya Allah yang memberi taufik dan petunjuk.

11/23/2013

Pacaran Ternyata Penuh Dusta


Pacaran ternyata penuh dengan kedustaan. Orang yang pacaran akan selalu mengelabui pasangannya.
Ketika masa-masa pacaran, si kekasih akan selalu berdandan cantik di hadapan pacarnya, berkata lemah lembut, bersenyum manis dan belang jeleknya ditutup-tutupi. Yang pacaran akan merasa tidak pede jika nampak sesuatu yang jelek dari dirinya. Kalau dikatakan pacaran sebagai jalan untuk mengenal pasangan sebelum nikah, kenyataanya penjajakan tersebut jauh berbeda dengan saat telah menikah. Saat telah menikah, satu sama lain tidak mesti berpenampilan cantik atau ganteng saat di rumah. Tidak mesti pula terus-terusan bertemu dalam keadaan harum atau wangi. Bahkan dalam pernikahan ada pasangan yang berkata kasar yang hal ini tidak dijumpai saat pacaran dahulu.
Padahal Islam sudah memberi jalan bahwa mengenali pasangan bisa dari empat hal: (1) kecantikan, (2) martabat (keturunan), (3) kekayaan atau (4) baik atau tidak agamanya. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا ، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ
Perempuan itu dinikahi karena empat faktor yaitu agama, martabat, harta dan kecantikannya. Pilihlah perempuan yang baik agamanya. Jika tidak, niscaya engkau akan menjadi orang yang merugi”.  (HR. Bukhari no. 5090 dan Muslim no. 1446). Mengenal calon pasangan sudah cukup lewat empat hal tersebut. Keempat hal tadi bisa diketahui dari keluarga dekat atau dari teman dekat si pasangan. Jadi, tidak mesti lewat lisan si pasangan secara langsung.
Jika sudah ada cara yang Islam gariskan, masihkah mencari cara lain untuk mengenal pasangan? Lantas apa mesti mengenal calon pasangan lewat pacaran?
Ketahuilah bahwa nikah adalah tanda ingin serius, sedangkan pacaran hanya ingin terus dipermainkan. Jangan heran jika ada yang sudah pacaran bertahun-tahun, namun pernikahan mereka tidak sampai setahun jadi bubar.
Coba lihat saja para sahabat Rasul -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, tidak pernah menempuh jalan pacaran ketika mencari pasangan. Sekali ta’aruf, merasa cocok, sudah langsung menuju pelaminan. Tidak seperti para pemuda saat ini yang menjalani pacaran hingga 10 tahun untuk bisa saling mengenal lebih dalam. Padahal para sahabat adalah sebaik-baik generasi sepeninggal Rasul -shallallahu ‘alaihi wa sallam- yang mesti dicontoh. Lihat saja apa yang terjadi ketika Fathimah dinikahi ‘Ali bin Abi Tholib atau Ruqoyyah yang dinikahi sahabat mulia ‘Utsman bin ‘Affan, mereka tidak melewati proses penjajakan pacaran. Imam Ahmad berkata dalam Ushulus Sunnah, “Hendaklah kita berpegang teguh dengan ajaran para sahabat -radhiyallahu ‘anhum- serta mengikuti ajaran mereka.”
Lihat pula si mbah kita dahulu. Mereka juga tidak mengenali calon pasangan mereka dengan pacaran. Akan tetapi, keluarga mereka tetap langgeng dan punya banyak keturunan.
So ... Apa gunanya pacaran? Jika Anda ingin dikelabui terus-terusan, maka monggo itu pilihan Anda dan akhirnya Anda yang tanggung sendiri akibatnya.
Semoga Allah beri taufik dan hidayah.
---

11/20/2013

Beberapa Kisah Pemurtadan Wanita Muslimah


E-mailCetakPDF
Kisah-kisah berikut semoga jadi pelajaran bagi wanita muslimah supaya sejak dini menjauh dari pergaulan dengan laki-laki non muslim, baik dengan pacaran atau serius sampai ke jenjang pernikahan. Lima kisah di bawah ini menunjukkan langkah licik kaum Nashrani dalam memurtadkan wanita muslimah.
Kisah pertama dari Ibu Dewi:
“Saya seorang ibu 29 tahun dan suami 31 tahun. Kami telah dikaruniai dua anak. Yang pertama pria (6), dan kedua putri (2). Kami menikah 7 tahun yang lalu, dia adalah teman sekampus saya. Saat pertama mengenalnya, saya benar-benar benci. Maklum, saya lahir dari keluarga Muslim yang taat, sementara dia pemeluk Protestan. Tapi entahlah, mungkin karena dia tak pernah putus asa, saya kemudian menerimanya menjadi pacar. Saya benar-benar semakin sayang setelah dia kemudian menerima menikah dalam Islam. Saya benar-benar bahagia sekali.” Tetapi setelah datangnya anak pertama lalu disusul anak kedua, banyak perubahan yang terjadi pada suami saya. Tiba-tiba dia jarang shalat dan sering keluar tanpa pamit. Belakangan saya tahu ternyata dia tidak benar-benar meninggalkan agamanya. Bahkan, sejak anak kedua kami lahir, secara terang-terangan dia pernah mengatakan kepada saya. `Saya masih seperti dulu, jadi jangan harap ada perubahan.’” “Mendengar kata-katanya, saya hampir tidak percaya. Suami saya yang tadinya pendiam itu tiba-tiba seperti itu. Yang membuat saya benar-benar takut dan sedih, hari-hari ini, dia sering memaksa saya mengikuti jejaknya untuk datang di kebaktian.’
Kisah kedua dari seorang ibu asal Palu:
Wanita berperawakan sedang ini datang bersama suaminya dengan wajah sembab. Kepada Sahid, ia menceritakan musibah yang menimpa keluarganya. Singkat cerita, sang adik diketahui hamil di luar nikah sesaat sebelum menyelesaikan gelar sarjananya. Yang membuat musibah itu terasa amat berat, pacar sang adik itu ternyata pemuda beragama lain. “Adik saya dihamili oleh pemuda Kristen,” ucapnya sembari menyeka linangan air matanya. Padahal, sang adik dikenal sebagai wanita pendiam dan jarang keluar rumah. Selain itu, selama ini, dia dibesarkan dan dididik dalam lingkungan keluarga Muslim yang sangat taat. Peristiwa memalukan itu memang kemudian bisa dicarikan solusinya. Singkatnya, sang adik akhirnya menikah dengan pacarnya pemuda Kristen dalam upacara Islam. Setelah itu, keduanya pindah kota yang jauh dari keluarga, di Palu. Hanya saja, kepergiannya masih tetap menyisakan luka yang mendalam bagi pihak keluarga. Terutama setelah diketahui bila sang adik telah ikut sang suami menjadi aktifis gereja bersama semua anaknya.
---
Kisah cinta seperti Dewi dan adik si ibu tadi bukan hal baru di negeri ini. Banyak pemuda dan pemudi pernah mengalami hal serupa. Memiliki teman dekat atau calon suami yang berbeda agama. Ujung-ujungnya, dalam banyak kasus, hubungan keduanya kemudian terhambat karena adanya perbedaan agama. Bagi yang taat pada agama, mereka memutuskan untuk berpisah. Sebagian lagi memilih kompromi, yakni memilih mengikuti salah satu dari agama yang dianut pasangannya. Pada pilihan yang terakhir inilah yang perlu diwaspadai, utamanya para gadis muslimah.
Kisah ketiga lewat pemerkosaan:
Kejahatan kristenisasi itu, kini dilengkapi dengan kenyataan kristenisasi yang sangat menghina umat Islam, yaitu memperkosa muslimah murid Madrasah Aliyah di Padang yang selanjutnya dimurtadkan. Khairiyah Enisnawati alias Wawah (17 thn) pelajar Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Gunung Pangilun, Padang, Sumatera Barat adalah salah satu dari 500 orang Minang yang dimurtadkan. Gadis berjilbab itu diculik, diperkosa dan dipaksa keluar dari agamanya lewat misi rahasia yang dijalankan sekelompok orang Kristen, di rumah Salmon seorang Jemaat Gereja Protestan di Jl. Bagindo Aziz Chan, Padang tempat memaksa Wawah untuk membuka jilbab dan masuk Kristen. Gereja itu dipimpin Pendeta Willy, sedang Salmon adalah jemaat yang juga karyawan PDAM Padang. (Dialog Jumat, 6 Agustus 1999).
Kisah keempat dari H. Kacep:
Banyak muslimah telah jadi korban pemurtadan. Hanya orang-orang yang tinggal di selatan Pasar Tambun yang mengenal H Kacep. Mungkin sebab itu, kasus kematian mubaligh kondang untuk ukuran kampungnya yang sungguh mengenaskan, sama sekali luput dari pemberitaan media massa. Kejadiannya sekitar setahun yang lalu. Berawal dari pertemuan puterinya dengan seorang pemuda. Pertemuan itu berlanjut. Kian hari kian akrab. Gadis muslimah itu kian sering dijumpai berduaan dengan sang pemuda. Sang ayah, H. Kacep, suatu waktu memanggil keduanya. Mubaligh itu bagaimana pun tahu bahwa berpacaran adalah sesuatu yang dilarang dalam Islam. “Wa la taqrabuu zina, demikian peringatan Allah SWT dalam al-Qur’an.” Karena hubungan antara puterinya dengan sang pemuda sudah terlihat begitu erat dan berjalan sudah relatif lama, maka sebagai seorang ayah yang bertanggungjawab, H. Kacep berniat untuk meresmikan hubungan kedua insan itu ke dalam jenjang pernikahan.
Secara bijak H. Kacep mengutarakan keinginannya pada sang pemuda. Puterinya menyimak baik-baik apa yang dikatakan ayahnya itu. Hatinya berbunga-bunga. Yakin bahwa sang pemuda pujaan tidak akan keberatan dengan maksud ayahnya. Setelah mendengar penuturan H. Kacep, sang pemuda dengan enteng menjawab, “Ya, saya mau saja menikahi anak bapak. Asalkan pernikahannya dilakukan di gereja!”
Bagai disamber geledek di siang bolong. Bapak dan anak puterinya terkaget-kaget dibuatnya. Sama sekali tidak pernah terlintas di pikirannya bahwa pemuda yang selama ini dekat dengannya ternyata seorang non-Muslim. Padahal dulunya ia pernah bilang bahwa dirinya juga Islam. Dari hari ke hari gadis muslimah tersebut mengurung diri di kamarnya. Hingga suatu hari sosok remaja tersebut ditemukan terbujur kaku dengan mulut berbusa. Sekaleng racun serangga ditemukan tergolek di sampingnya. Besar kemungkinan, sesuatu yang berharga telah dipersembahkan gadis tersebut pada sang pemuda hingga ia memilih mati ketimbang menanggung malu. Kematian puteri tercintanya membuat H. Kacep menangung kesedihan yang amat sangat. Belum lagi kasak-kusuk tetangganya yang kerap terdengar tidak sedap. Akhirnya H. Kacep jatuh sakit. Dua bulan kemudian, sang ayah menyusul puteri tercintanya ke alam baka. Pesantren yang dikelolanya pun bubar.
Kisah kelima karena pertemanan akrab dengan pemuda Nashrani:
Di daerah Kranji, masih Bekasi, beberapa tahun lalu juga terjadi kasus yang mirip. Seorang Muslimah berteman akrab dengan seorang pemuda. Dari pertemanan tersebut, si gadis pun hamil. Sang ayah yang tahu sedikit banyak tentang Islam pun marah besar. Segera dipanggilnya sang pemuda untuk dimintai pertanggungjawabannya. Juga dengan enteng, si pemuda menjawab, “Saya mau nikah dengan anak bapak, asal dilakukan di gereja!” Ayah beranak itu kaget mendengarnya. Sama sekali mereka tak menyangka siapa gerangan pemuda itu. Tapi sikap dan pendirian sang ayah cukup tegas: ketimbang anaknya murtad, lebih baik menolak mentah-mentah syarat sang pemuda Kristen tersebut. Janin yang dikandung anaknya dibiarkan lahir tanpa ayah. “Kini anaknya dirawat oleh orangtua si gadis”, ujar Drs. Abu Deedat Syihabuddin, MH, Sekjen FAKTA (Forum Antisipasi Kegiatan Pemurtadan) Jakarta.
---
Kristenisasi melalui jalur pemerkosaan gadis-gadis muslimah. Khairiyah Anniswah alias Wawah, siswi MAN Padang, setelah diculik dan dijebak oleh aktivis Kristen, diberi minuman perangsang lalu diperkosa. Setelah tidak berdaya, dia dibaptis dan dikristenkan. Kasus serupa menimpa Linda, siswi SPK Aisyah Padang. Setelah diculik dan disekap oleh komplotan aktivis Kristen, dia diperlakukan secara tidak manusiawi dengan teror kejiwaan supaya murtad ke Kristen dan menyembah Yesus Kristus.
Di Bekasi, modus pemerkosaan dilakukan lebih jahat lagi. Seorang pemuda Kristen berpura-pura masuk Islam lalu menikahi seorang gadis muslimah yang salehah. Setelah menikah, mereka mengadakan hubungan suami isteri. Adegan ranjang yang telah direncanakan, itu foto oleh kawan pemuda Kristen tersebut. Setelah foto dicetak, kepada muslimah tersebut disodorkan dua pilihan: “Tetap Islam atau Pindah ke Kristen?”. Kalau tidak pindah ke Kristen, maka foto-foto talanjang muslimah tersebut akan disebarluaskan. Karena tidak kuat mental, maka dengan hati berontak muslimah tersebut dibaptis dongan sangat-sangat terpaksa sekali, untuk menghindari aib.  Di Cipayung Jakarta Tirnur, seorang gadis muslimah yang taat dan shalehah terpaksa kabur dari rumahnya. Masuk Kristen mengikuti pemuda gereja yang berhasil menjebaknya dengan tindakan pemerkosaan dan obat-obat terlarang.

Muslimah Pejuang


Mendengar kata muslimah pasti muncul di benak kita gambaran sosok wanita yang melekat pada dirinya ketaatannya kepada Allah. Kata muslimah selalu memiliki konotasi yang positif. Itulah mengapa dalam tulisan ini saya menggunakan kata muslimah, karena ketika seseorang mendengar kata ‘muslimah’ pastilah di dalam benaknya tergambar sosok wanita yang berpakaian secara islami dan pribadi wanita yang taat. Tapi kali ini saya tidak akan membicarakan lebih panjang kata ‘muslimah’. Kali ini kita akan banyak membahas bagaimana menjadi seorang muslimah yang taat, seorang muslimah pejuang, dan seorang muslimah teladan.

Muslimah Taat

Nikmat yang mungkin tidak didapat pada diri seseorang kecuali ketika dia memilih islam sebagai agama dan jalan hidupnya. Bersyukurlah kita karena mungkin kita merupakan salah satu orang beruntung yang dilahirkan dari keluarga muslim. Itu adalah bonus yang Allah berikan pada kita, tanpa mengenal agama lain, sejak kecil kita sudah dididik dengan fondasi islam. Apalagi ketika islam, agama yang kita pilih berawal dari kesadaran penuh bahwasanya hanya islamlah satu-satunya agama yang rasional, sesuai fitrah manusia, memuaskan akal, dan menetramkan hati. Islam secara bahasa berarti penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah SWT. Berangkat dari definisi tersebut, maka seorang muslimah hendaknya menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT dalam arti dia haruslah menjadikan apa-apa yang ditetapkn Allah sebagai solusi atas setiap permasahan di dalam hidupnya, dia haruslah menjadikan dirinya senantiasa mengikatkan segala amaliah-nya kepada hukum syara’ sebagai bentuk konsekuensi keimanannya kepada Allah sebagaimana yang disampaikan Allah melalui firman-NYA: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian kepada islam secara menyeluruh..” (QS. Al Baqarah). Untuk itu muslimah yang taat adalah muslimah yang….

  1. Senantiasa mengikatkan dirinya dengan syariat Islam
  2. Senantiasa menjadikan islam sebagai landasan dalam beramal
  3. Tunduk dan patuh atas segala hal yang sudah ditetapkan Allah dan RasulNYA
  4. Rela dan ridho terhadap segala yang Allah perintahkan dan meninggalkan laranganNYA
  5. Senantiasa konsisten dan istiqomah dalam ketaatannya

Muslimah Pejuang

Jika sosok muslimah taat sedemikian hampir mendekati kesempurnaan, maka bisa dipastikan sosok muslimah pejuang  tidak jauh beda dari muslimah taat, karena muslimah pejuang adalah sosok muslimah yang senantiasa memperjuangkan apa yang menjadi ketaatannya kepada Allah dan Rasul-NYA. Tentunya apa yang diperjuangkan tidaklah lepas dari tanggung jawabnya sebagai hamba Allah, yaitu ber-amar makruf nahi munkar atau disebut ber-DAKWAH. Dakwah merupakan kewajiban yang dibebankan Allah kepada hambaNya. Dakwah merupakan aktifitas mulia dan amalan yang paling dicintai Allah SWT. Perkataan pengemban dakwah adalah perkataan yang paling baik sebagaimana firman Allah di dalam surat Fushilat ayat 33: “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang  yang menyeru kepada Allah dan menegrjakan kebajikan, dan  berkata,” sesungguhnya aku termasuk orang-prang muslim (yang berserah diri)?”. Sesungguhnya para Nabi dan para Rasul Allah memiliki kelebihan dan keutamaan atas semua manusia seluruhnya. Mereka berada dalam puncak kedudukan di semesta alam yang diciptakan dengan benar ini. Mereka dalah orang-orang yang berada pada garis depan . hal itu tidak lain karena mereka senantiasa menyebarluaskan petunjuk Allah, meyampaikan syariat-NYA, dan mengemban dakwah. Aktivitas mereka ini, secara mutlJika sosok muslimah taat sedemikian hampir mendekati kesempurnaan, maka bisa dipastikan sosok muslimah pejuang  tidak jauh beda dari muslimah taat, karena muslimah pejuang adalah sosok muslimah yang senantiasa memperjuangkan apa yang menjadi ketaatannya kepada Allah dan Rasul-NYA. Tentunya apa yang diperjuangkan tidaklah lepas dari tanggung jawabnya sebagai hamba Allah, yaitu ber-amar makruf nahi munkar atau disebut ber-DAKWAH. Dakwah merupakan kewajiban yang dibebankan Allah kepada hambaNya. Dakwah merupakan aktifitas mulia dan amalan yang paling dicintai Allah SWT. Perkataan pengemban dakwah adalah perkataan yang paling baik sebagaimana firman Allah di dalam surat Fushilat ayat 33: “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang  yang menyeru kepada Allah dan menegrjakan kebajikan, dan  berkata,” sesungguhnya aku termasuk orang-prang muslim (yang berserah diri)?”. Sesungguhnya para Nabi dan para Rasul Allah memiliki kelebihan dan keutamaan atas semua manusia seluruhnya. Mereka berada dalam puncak kedudukan di semesta alam yang diciptakan dengan benar ini. Mereka dalah orang-orang yang berada pada garis depan . hal itu tidak lain karena mereka senantiasa menyebarluaskan petunjuk Allah, meyampaikan syariat-NYA, dan mengemban dakwah. Aktivitas mereka ini, secara mutlak, merupakan aktivitas yang paling utama dan paling mulia di antara aktivitas seluruh makhluk yang ada. Karena itu, apabila seorang muslim/ muslimah senantiasa berupaya meneladani dan mengikuti jejak langkah mereka, maka tidak diragukan lagi bahwa mereka telah mendekati derajat dan kedudukan para Nabi dan para Rasul di surga kelak; meskipun tentu saja bahwa para Nabi dan para Rasul memiliki derajat yang paing tinggi dan kedudukan paling utama ;karena mereka merupakan manusia pilihan Allah sekaligus mendapatkan wahyu dari-NYa. Namun demikian, aktivitas yang dilakukan seorang pengemban dakwah jelas mendekati aktivitas yang dilakukan para Nabi dan para Rasul. Begitu mulianya kedudukan menjadi pengemban dakwah, tentu saja hal ini haruslah berkorelasi positif terhadap amal yang dia lakukan. Inilah gambaran sosok muslimah pejuang, pejuang islam, muslimah pengemban dakwah:ak, merupakan aktivitas yang paling utama dan paling mulia di antara aktivitas seluruh makhluk yang ada. Karena itu, apabila seorang muslim/ muslimah senantiasa berupaya meneladani dan mengikuti jejak langkah mereka, maka tidak diragukan lagi bahwa mereka telah mendekati derajat dan kedudukan para Nabi dan para Rasul di surga kelak; meskipun tentu saja bahwa para Nabi dan para Rasul memiliki derajat yang paing tinggi dan kedudukan paling utama ;karena mereka merupakan manusia pilihan Allah sekaligus mendapatkan wahyu dari-NYa. Namun demikian, aktivitas yang dilakukan seorang pengemban dakwah jelas mendekati aktivitas yang dilakukan para Nabi dan para Rasul. Begitu mulianya kedudukan menjadi pengemban dakwah, tentu saja hal ini haruslah berkorelasi positif terhadap amal yang dia lakukan. Inilah gambaran sosok muslimah pejuang, pejuang islam, muslimah pengemban dakwah:

  1. Taat kepada Allah dan RasulNYA
  2. Konsisten dalam setiap ucapan, perkataan, dan perbuatannya tehadap kebenaran yang dia bawa
  3. Berpegang teguh di atas kebenaran (islam)
  4. Tidak takut dicela dan mencela
  5. Mukhlis kholis
  6. Terikat dengan hukum syara’
  7. Berakhlaqul karimah
  8. Senantiasa menjaga keiffahannya


Menjadi seorang pengemban dakwah…sungguh merupakan kenikmatan yang Allah berikan untuk kita
Menjadi seorang pengemban dakwah…sungguh merupakan harga yang harus dibayar oleh seorang hamba yang berjual beli dengan Allah SWT
Menjadi seorang pengemban dakwah…sungguh meruapakan bentuk ketaatan pada Allah dan RasulNYA
Menjadi seorang pengemban dakwah….sungguh merupakan aktifitas mulia di hadapan-NYA
Menjadi seorang pengemban dakwah…sungguh merupakan bentuk kasih sayang Allah kepada kita
Menjadi seorang pengemban dakwah,,,sungguh merupakan bentuk rasa syukur kita pada-NYA
Menjadi seorang pengemban dakwah….sungguh merupakan bentuk kasih saying kita kepada sesama muslim
Menjadi seorang pengamban dakwah…sungguh meruapakan tanggung jawab kita sebagai umat Muhammad SAW dan hamba Allah SWT
Menjadi seorang pengamban dakwah…sungguh merupakan  ungkapan cinta yang nyata
Menjadi seorang pengamban dakwah…sungguh merupakan amal mulia yang bisa dijadikan hujjah dihadapan-NYA
Menjadi seorang pengemban dakwah…sungguh merupakan salah satu pengikat di dalam jama’ah
Menjadi seorang pengemban dakwah…sungguh merupakan jalan bagi kita menemukan islam kaffah.
Semoga tulisan ini bisa menginpirasi para muslimah yang akan, sedang dan sudah menjadi muslimah taat , musimah pejuang, dan muslimah yang menjadi telaيan bagi diri, keluarga, dan masyarakat

*Oleh: Amani Al Jannah



Segala yang diciptakan Allah SWT memiliki keteraturannya yang tepat. Alam semesta yang Allah SWT ciptakan juga memiliki pengaturan yang sempurna. Jika seandainya pengaturan ini tidak tepat dan benar, maka yang terjadi pasti kekacauan dan kerusakan. Sama halnya manusia, manusia pasti terikat pada suatu pengaturan yang benar dan tepat, karena pada hakikatnya setiap hal yang ada di dunia ini memiliki aturan main atau perunjuk kerja. Manusai, sebagai salah satu makhluk ciptaan Allah, dan satu-satunya makhluk yang diberi keistimewaan oleh Allah yaitu akal, maka semua itu tidaklah lepas dari hakikat ini. Jika Allah saja memberikan khasiat/ potensi pada setiap yang diciptakanNya, apalagi makhluk berakal seperti halnya manusia, maka manusia juga memiliki potensi yang ada pada diri manusia tersebut. Diantara potensi yang Allah berikan kepada manusia yaitu berupa akal, naluri, dan hajatul udhawiyah (kebutuhan jasmani).

Muslimah yang Taat


muslimah yang taat 300x150 Ciri Seorang Muslimah yang TaatBagaimana cara untukmenjadi Seorang Muslimahyang Taat? Bagi seorang Muslimah yang jujur (shādiqah), menerima perintah Alloh Subhanahuwata’ala dan bersegera merealisasikannya dalam amal perbuatan nyata, dilandasi dengan cinta dan penghormatannya terhadap Islam, bangga dengan syariat-Nya, mendengar dan taat kepada Sunnah Nabi-Nya, dan tidak peduli dengan keadaan orang-orang sesat yang berpaling dari kenyataan yang sebenarnya, serta lalai akan tempat kembali yang harus selalu mereka nantikan (surga Alloh), adalah sebuah kenikmatan hidup yang tiada tara, dan bukan hanya sekedar sebagai sebuah kewajiban yang seringkali dianggap memberatkan.
Alloh Subhanahuwata’ala menolak keimanan orang yang berpaling dari ketaatan kepada-Nya dan kepada Rosul-Nya Sholallohu’alaihi wa Sallam:
“Dan mereka berkata: ‘Kami telah beriman kepada Alloh dan Rosul, dan kami menaati (keduanya).’ Kemudian sebagian dari mereka berpaling sesudah itu, sekali-kali mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman. Dan apabila mereka dipanggil ke-pada Alloh dan Rosul-Nya, agar Rosul menghukum (mengadili) mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka menolak untuk datang.” (QS. an-Nur [24]: 47-48)
Dan hanya orang-orang yang memiliki keimanan yang tinggi kepada Alloh Subhanahuwata’ala dan Rosul-NyaSholallohu’alaihi wa Sallam lah yang dapat merealisasikan keimanan mereka dengan mengatakan, ‘kami dengar dan kami taat’.
Sesungguhnya jawaban orang-orang Mukmin, bila mereka dipanggil menuju Alloh dan Rosul-Nya agar Rosul menghukum (mengadili) di antara mereka adalah ucapan: ‘Kami mendengar dan kami patuh.’ Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan barangsiapa yang taat kepada Alloh dan Rosul-Nya dan takut kepada Alloh dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat-kan kemenangan.” (QS. an-Nur [24]: 51-52)
Dari Shafiyyah binti Syaibah Radhiallohu’aha berkata:
“Ketika kami bersama ‘Aisyah, beliau berkata: ‘Saya ter-ingat akan wanita-wanita Quraisy dan keutamaan mere-ka.’ ‘Aisyah berkata: ‘Sesungguhnya wanita-wanita Qu-raisy memiliki keutamaan, dan demi Alloh, saya tidak melihat wanita yang lebih beriman kepada kitab Alloh dan lebih meyakini ayat-ayat-Nya melebihi wanita-wanita Anshor. Ketika turun kepada mereka ayat: “Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dada-nya.”(QS. an-Nur [24]: 31)maka para suami segera mendatangi istri-istri mereka dan membacakan apa yang diturunkan Alloh kepada mereka. Mereka membaca-kan ayat itu kepada istri, anak wanita, saudara wanita dan kaum kerabatnya. Dan tidak seorangpun di antara para wanita tersebut, kecuali segera berdiri mengambil kain gorden (tirai) dan menutupi kepala dan wajah mere-ka, karena percaya dan iman kepada apa yang diturunkan Alloh dalam kitab-Nya. Sehingga mereka (berjalan) di belakang Rasululloh dengan memakai kain penutup, seakan-akan di atas kepala mereka terdapat burung gagak.” (HR. Abu Dawud, dengan sanad hasan shahih)

Semoga Alloh Subhanahuwata’ala senantiasa memberikan petunjuk dan hidayah-Nya kepada seluruh Muslimah untuk merealisasikan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Sehingga tercatat sebagai para Muslimah yang taat kepada Alloh subhanahuwata’ala.

Demikian artikel ini, semoga bermanfaat.
Wallohua’lam.

10/24/2013

Kedudukan dan nilai wanita sebelum Islam


mengubur bayi Kedudukan dan nilai wanita sebelum IslamYang dimaksud masa sebelum Islamadalah masa jahiliyah, yaitu masa kehidupan bangsa ‘Arab khususnya dan penduduk bumi pada umumnya, di mana pada saat itu wahyu yang diturunkan oleh AllohSubhanahuwata’ala kepada para rosultelah terputus dan kehidupan mereka telah menyimpang dari jalan yang benar (jalan para rosul). Nah bagaimana kedudukan dan nilai wanita sebelum Islam? Berikut Sedikit Penjelasannya.
Pada Masa Sebelum Islam datang, kaum wanita hidup dalam kesengsaraan –terutama pada masyarakat ‘Arab –, di mana saat itu mereka membenci kelahiran anak perempuan. Sehingga di antara mereka ada yang mengubur hidup-hidup anak perempuannya hingga mati di dalam tanah. Di antara merekapun ada yang tidak mengubur anak perempuannya, namun membiarkannya hidup dalam kehinaan dan kesengsaraan.
Bila mereka selamat dari penguburan, maka wanita akan hidup dalam kehidupan yang hina dan terlunta-lunta. Mereka tidak akan menerima harta warisan dari kerabatnya, bahkan ia menjadi warisan suami yang meninggal seperti layaknya harta warisan yang seringkali diperebutkan. Kebanyakan wanita saat itu hidup di bawah satu suami, yang tidak terikat dengan jumlah istri tertentu, baik yang diperoleh dari perbudakan, pemaksaan, penyiksaan atau pun penzaliman.
Demikianlah kaleidoskop kepedihan, kepiluhan dan kesengsaraan kaum wanita sepanjang zaman dan di berbagai tempat yang jauh dari nilai-nilai Islam.

10/18/2013

Ketika Khilafah Berdiri di Suriah, Bagaimana Cara Khilafah Menghadapi Gempuran Musuh



          Banyak pihak yang sangsi, jika Khilafah berdiri di Suriah, negeri itu bisa bertahan dari gempuran musuh. Terlebih, jauh-jauh hari sebelum Khilafah berdiri di sana, pasukan koalisi yang dipimpin oleh AS, dengan kapal induknya, ditambah Rusia yang juga sudah menyiapkan kapal induknya, kini berada di perairan Suriah. Belum lagi, dengan kedok NATO, AS, Jerman, dan Belanda telah menyiapkan rudal patriotnya di perbatasan Turki dan Suriah. Ditambah lagi, pengkhianatan para penguasa dan antek-antek AS dan Inggris di beberapa negara ring Suriah, seperti Turki, Iran, Hizbullah di Libanon, Yordania, Qatar dan Saudi. Mungkinkah Khilafah yang baru berdiri di Suriah itu bisa bertahan, dan memenangkan “Perang Salib”?
          Meski perlu dicatat, bahwa Khalifah kaum Muslim saat itu jauh lebih hebat daripada penulis, sehingga apa yang penulis tuangkan dalam tulisan ini sekadar serpihan-serpihan dari pembacaan terhadap situasi saat ini, karakter umat Islam di Suriah dan sejarah mereka dan umat Islam di masa lalu.
Situasi Saat Ini
          Lambat tetapi pasti, pejuang Muslim (Mujahidin) di Suriah, dari berbagai faksi, telah berhasil menguasai sebagian besar wilayah Suriah, sehingga semakin hari kekuasaan Bashar semakin terdesak, dan membuatnya tidak bisa tidur nyenyak. Setiap saat, dia dan keluarganya terpaksa berpindah-pindah tempat tidur. Kondisi ini tentu bukan hanya dialami oleh Bashar, tetapi juga AS dan sekutunya, termasuk para penguasa boneka di Timur Tengah. Inilah yang membuat AS dan sekutunya itu bekerja keras siang dan malam untuk mengaborsi Revolusi Islam di Suriah, agar gagal mewujudkan cita-citanya menegakkan Khilafah. Jika upaya ini gagal, maka AS dan sekutunya sudah menyiapkan skenario “Perang Salib” yang didukung pasukan koalisi dan antek-antek mereka di kawasan tersebut.
          Saat ini, kapal induk AS USS Eisenhower dilaporkan sudah merapat di perairan Suriah, di Laut Mediterania. Kapal perang AS itu membawa delapan skuadron jet tempur pembom dan 8.000 prajurit. Jangkar kapal induk USS Eisenhower itu saat ini sudah ditancapkan di lepas pantai Suriah, bergabung dengan kapal perang USS Iwo Jima yang membawa  2.500 pasukan dengan perlengkapan perang penuh. Pengiriman kapal induk AS ini menyusul keputusan NATO, pada hari Selasa (4/12/2012) untuk menyebarkan sistem rudal Patriot di sepanjang perbatasan Turki dengan Suriah (Islam Times, 6/12/2012).
          Bahkan, jauh sebelumnya, Juli 2012 yang lalu, kapal perang Rusia sudah melakukan konvoi di perarian Suriah (Kompas, 13/7/2012). Ditambah lagi, Rusia juga telah mengirimkan kapal induknya, Kuznetsov, ke Suriah (Siberian Light, 29/11/2011). Bahkan, menurut Global Security, kapal selam kelas Sierra II berukuran panjang 110,5-112,7 meter dengan lebar lambung 11,2-12,3 meter milik AL Rusia juga dideteksi telah masuk wilayah perairan Suriah (CNN, 7/11/2012).
          Semuanya ini jelas-jelas menunjukkan ketakutan mereka yang luar biasa terhadap berdirinya Khilafah di Suriah. Jika mereka gagal menggagalkan berdirinya Khilafah, maka mereka sudah siap untuk menggempur Khilafah yang baru berdiri itu dari berbagai penjuru.

Karakter Umat Islam
          Kaum Muslim di Suriah ini tidak bisa dipisahkan dari induk kaum Muslim di Syam, karena mereka adalah satu. Mereka disebut sebagai Syam ar-Rasul, wilayahnya disebut sebagai Shafwa Biladi-Llah. Keteguhan mereka telah dinyatakan oleh Nabi dalam hadits, bahkan mereka telah dijamin dan dilindungi oleh Allah, melalui lisan Nabi-Nya. Sampai Nabi bersabda, “Idza fasada Ahlu as-Syam la khaira fikum (Jika penduduk Syam telah rusak, maka tidak ada lagi kebaikan di tengah-tengah kalian).” (HR. Ahmad, at-Tirmidzi dan Ibn Hibban).

          Wilayah ini dahulu dibebaskan oleh Abu Ubaidah al-Jarrah dan Khalid bin al-Walid pada tahun 14 H/637 M di masa Khalifah Umar bin al-Khatthab. Pernah menjadi ibukota Khilafah pada tahun 40-132 H/661-750 M. Dari sinilah, Muhammad bin al-Qasim at-Tsaqafi membebaskan India; Qutaibah bin Muslim al-Bahili membebaskan Samarkand; Thariq bin Ziyad dan Musa bin Nushair membebaskan Spanyol; Maslamah bin Abdul Malik mengepung Konstantinopel. Semuanya di era Khilafah Umayyah.
          Saat Perang Salib, wilayah ini berhasil dikuasai oleh tentara Salib, dan dibebaskan kembali oleh pasukan Nuruddin az-Zinki dan Shalahuddin al-Ayyubi, kemudian disatukan kembali dalam pelukan Khilafah. Setelah era Khilafah Utsmaniyyah, wilayah ini bergabung dengan Khilafah tahun 1516-1918 M, hingga jatuh ke tangan Prancis tahun 1920 M.

          Keistimewaan penduduk Muslim Suriah, sebagai bagian dari Ahl as-Syam, yang dinyatakan dalam hadits Nabi di atas bisa dibuktikan dalam sejarah perjuangan rakyat Palestina, yang tidak pernah padam, sejak dimulainya pendudukan Israel tahun 1948 hingga saat ini. Kini gambaran itu juga tampak pada perjuangan Mujahidin Suriah, yang sudah memasuki 28 bulan perlawanan mereka untuk menggulingkan rezim kufur Bashar Assad, la’natu-Llah. Selain itu, darah sahabat agung, Abu Ubaidah, Khalid bin al-Walid dan lain-lain, juga darah ksatria agung, seperti Shalahuddin al-Ayubi dan lain-lain juga mengalir dalam diri mereka. Para pejuang Muslim Suriah dan Palestina saat ini adalah cucu-cucu Khalid bin al-Walid; cucu-cucu Abu Ubaidah al-Jarrah; cucu-cucu Shalahuddin al-Ayyubi, dan para ksatria agung di masa lalu. Inilah sejarah agung mereka. Hanya saja, sejarah itu ditutupi oleh penindasan rezim kufur yang ditanamkan di tengah-tengah mereka oleh kaum kafir penjajah.

          Karena itu, kaum Muslim di Suriah, sebagaimana di Palestina, Yordania dan Libanon mempunyai potensi yang kuat dan mengakar dalam tubuh mereka darah-darah agung para sahabat dan ksatria agung di masa lalu. Potensi ini, ditambah dengan potensi keimanan yang kuat dalam diri mereka, menjadi pondasi yang kokoh bagi Khilafah di sana. Karena itu, meski secara fisik dan materi, saat ini wilayah tersebut porak-poranda akibat perang, tetapi dengan potensi yang mereka miliki itu, dengan cepat kerusakan tersebut akan bisa dipulihkan. Bahkan, kerusakan itu tidak menghalangi wilayah itu untuk menjadi ibukota Khilafah kembali. Inilah yang dinyatakan oleh Nabi, “Uqru dar al-Islam bi as-Syam (Pusat negara Islam itu ada di Syam).” (HR at-Thabrani)

Strategi Khilafah Menghadapi Musuh
          Dengan potensi seperti ini, persyaratan dasar bagi tegaknya Khilafah di suatu wilayah bisa terpenuhi. Tinggal bagaimana Khilafah mempertahankan kekuasaannya dari gempuran musuh-musuh yang kini sudah siap menyongsong Perang Salib berikutnya itu? Dilihat dari peta wilayah, saat ini AS, Rusia dan sekutunya telah memarkir kapal induknya di perairan Suriah, berbatasan dengan Libanon. Di sebelah Libanon, ada Yordania. Di sebelahnya lagi ada Irak, berbatasan dengan Turki.

          Dengan kondisi seperti ini, yang bisa dilakukan oleh Khilafah, tentu tidak mungkin melawan kekuatan AS, Rusia dan sekutunya itu sendiri, terlebih para penguasa wilayah di sekelilingnya adalah agen AS dan Inggris. Maka, Khilafah bisa menyatukan Yordania dan Libanon terlebih dulu. Caranya dengan memanfaatkan kekuatan dan pengaruh kaum Muslim, khususnya Hizbut Tahrir dan ahlu al-halli wa al-aqdi di kawasan tersebut. Ketika Suriah, Yordania dan Libanon berhasil disatukan, maka tidak mustahil Irak, Turki, Mesir dan Pakistan juga bisa. Khalifah juga akan menyerukan kepada seluruh kaum Muslim di seluruh dunia untuk segera bergabung dengan Khilafah, dengan memberikan bai’at tha’at kepadanya. Setelah itu, mereka harus bahu-membahu memberikan bantuan yang dibutuhkan oleh Khilafah untuk melawan musuh-musuhnya. Karena Khilafah ini adalah negara mereka. Tentang strategi perang ini, Amir Hizbut Tahrir saat ini, al-‘Alim ‘Atha’ Abu Rusythah telah mengulas dalam tulisannya di tahun 90-an abad lalu.

          Jika ini terjadi, maka Perang Salib ini akan mengulangi peristiwa Perang Ahzab, di mana pasukan kaum Muslim yang dipimpin oleh Nabi SAW saat itu dikepung oleh pasukan koalisi yang terdiri dari kafir Quraisy, Yahudi dan munafik. Persis sama seperti saat ini. AS, Rusia dan sekutunya seperti kafir Quraisy saat itu, sementara Yahudi, sejak tahun 1948 sudah ditanamkan di wilayah itu, dan kaum munafik tampak para para penguasa Turki, Iran, Yordania, dan lain-lain. Dengan izin dan pertolongan Allah, pasukan koalisi kaum kafir, Yahudi dan munafik ini pun akan kembali dikalahkan olehJaisy Muhammad SAW (pasukan Muhammad saw), tentara Khilafah Rasyidah ‘ala Minhaj Nubuwwah yang kedua. Wallahu a’lam. [htipress/syabab.com]

10/15/2013

As-Sunnah Sebagai Sumber Kedua dalam Islam


I love sunnah As Sunnah Sebagai Sumber Kedua dalam IslamUmat Islam semenjak zaman RosulullohSholallohu’alaihi wa Sallam sampai sekarang tidak pernah berbeda pendapat bahwa as-Sunnah atau al-Hadits adalah sumber kedua dalam Islam. Tidak ada yang meragukan tentang hal ini. Ia sudah menjadi suatu kebenaran yang pasti. Sama pastinya dengan kebenaran bahwa MuhammadSholallohu’alaihi wa Sallam adalah Nabiyang diutus oleh Alloh Subhanahuwata’ala. Dalil-dalil tentang hal ini pun banyak sekali dan alhamdulillah sangat jelas.
Suatu hal yang tidak diragukan lagi, bahwa al-Qur’an dan Hadits adalah wahyu dari Alloh Subhanahuwata’ala. Perbedaannya adalah al-Qur‘an wahyu dari Alloh Subhanahuwata’ala  secara makna dan lafazh (kata-katanya), sedangkan hadits adalah wahyu dari Alloh Subhanahuwata’ala secara makna (kandungan)nya saja, adapun lafazhnya dari susunan Nabi Sholallohu’alaihi wa Sallam. Alloh Subhanahuwata’ala menegaskan hal ini dalam firman-Nya:
 “Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepa-danya).” (QS. an-Najm [53]: 3-4)
Ini adalah nash yang tegas bahwa Rosululloh Sholallohu’alaihi wa Sallam tidak membawa sesuatu dari dirinya. Apa saja yang beliau ucapkan yang berkaitan dengan tasyri’ (syariat) adalah wahyu dari sisi Alloh Subhanahuwata’ala, baik wahyu yang berupa ayat-ayat al-Qur‘an ataupun wahyu yang maknanya dari sisi Alloh sedangkan kata-katanya dari susunan Rosululloh Sholallohu’alaihi wa Sallam (al-Hadits). Jadi, al-Qur’an dan Hadits kedua-duanya adalah wahyu dari Alloh Subhanahuwata’ala.
Dalam ayat yang lain Alloh Subhanahuwata’ala berfirman:
 “Seandainya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanan-nya. Kemudian benar-benar Kami potong urat nadinya. Maka sekali-kali tidak ada seorang pun dari kalian yang dapat menghalangi (Kami), dari melakukan hal itu.” (QS. al-Haqqoh [69]: 44-47)
Ayat tersebut merupakan jaminan dari Alloh Subhanahuwata’ala bahwa Rosululloh Sholallohu’alaihi wa Sallam tidak pernah berbicara (dalam perkara-perkara syariat) tanpa petunjuk wahyu dari Alloh Subhanahuwata’ala.
Wajibnya Berpegang Teguh Kepada Hadits-Hadits Rosululloh
Tak terhitung banyaknya ayat-ayat al-Qur’an yang memerintahkan kita untuk taat dan mengikuti RosulullohSholallohu’alaihi wa Sallam. Dalam beberapa ayat, perintah ketaatan kepada Rosululloh Sholallohu’alaihi wa Sallamdikaitkan dengan ketaatan kepada Alloh Subhanahuwata’ala. Dalam beberapa ayat yang lain, ketaatan kepada Rosululloh Sholallohu’alaihi wa Sallam disebutkan secara tersendiri. Berikut ini ayat-ayat al-Qur’an yang memerintahkan orang-orang beriman untuk menaati Alloh Subhanahuwata’ala dan Rosul-Nya Sholallohu’alaihi wa Sallam.
Alloh berfirman:
 “Katakanlah (wahai Muhammad), taatilah oleh kalian Alloh dan taatilah Rosul-Nya; jika kalian berpaling, maka sesungguhnya kewajiban Rosul hanyalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepada kalian.” (QS. an-Nur [24]: 54)
Juga firman-Nya:
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang Mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang Mukminah, apabila Alloh dan Rosul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) dalam urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Alloh dan Rosul-Nya, maka sungguh ia telah sesat dengan kesesatan yang nyata.” (QS. al-Ahzab [33]: 36)
Juga firman-Nya:
 “Sesungguhnya jawaban orag-orang mukmin bila mereka diseru kepada Alloh dan Rosul-Nya agar Rosul menghukum di antara mereka ialah ucapan, ‘Kami mendengar, dan Kami patuh.’ Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”  (QS. an-Nur [24]: 51)
Di samping itu al-Qur’an juga menyebutkan perintah secara khusus untuk menaati Rosululloh Sholallohu’alaihi wa Sallam
Alloh Subhanahuwata’ala berfirman:
 “Apa saja yang diberikan Rosululloh kepada kalian, maka  terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagi kalian, maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh sangat keras hukuman-Nya.” (QS. al-Hasyr [59]: 7)
Juga firman-Nya:
 “Barangsiapa yang menaati Rosul, maka sesung-guhnya ia telah menaati Alloh. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan), maka Kami tidak mengutusmu sebagai pemelihara atas mereka.”  (QS. an-Nisa’ [4]: 80)
Juga firman-Nya:
 “Dan tidaklah Kami mengutus seorang Rosul melainkan untuk ditaati dengan seizin Alloh.” (QS. an-Nisa’ [4]: 64)
Ayat tersebut menerangkan bahwa tujuan diutusnya para Rosul adalah untuk ditaati oleh umatnya. Sehingga, barangsiapa yang tidak menaati Rosululloh Sholallohu’alaihi wa Sallam, maka ia telah mendurhakai AllohSubhanahuwata’ala yang telah mengutus Rosul tersebut.
Juga firman-Nya:
 “Maka hendaklah orang-orang yang menyelisihi perintah Rosul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (QS. an-Nur [24]: 63)
Kesimpulannya, dalil-dalil dari al-Qur’an tentang wajibnya seorang Muslim untuk menerima dan mengikuti Sunnah Nabi Sholallohu’alaihi wa Sallam sangatlah banyak. Sehingga, Imam Ahmad Rahimahulloh berkata, “Aku mengamati al-Qur’an dan aku dapati di sana perintah untuk taat kepada Rosululloh Sholallohu’alaihi wa Sallamdiulang sebanyak tiga puluh tiga kali.”
Wallohua’lam,
Semoga bermanfaat.

9/24/2013

PKS Dalam Kubangan Permainan Kotor Demokrasi



Oleh : Abdus Salam (Lajnah Siyasiyah HTI Jawa Timur)
          KPK sudah menetapkan Luthfi sebagai tersangka pada Rabu (30/1) malam. Bersama Luthfi, penyidik menetapkan tiga tersangka lainnya yakni dua direktur PT. Indoguna Utama Juard Effendi dan Arya Abdi Effendi. Serta Ahmad Fathanah. Ahmad Fathanah ditangkap bersama Maharani oleh KPK di Hotel Le Meredien Jakarta, Selasa (29/1) sekitar pukul 20.20 WIB. Dari mereka didapatkan uang senilai Rp 1 miliar yang diduga akan diberikan kepada LHI atau Luthfi Hasan Ishaaq. (republika.co.id)
Belum reda berita tersangka korupsi oleh kader Partai Demokrat Andi Malarangeng dan Angie, media santer memberitakan dugaan suap impor daging sapi oleh tesangka Lutfhi Hasan Ishaaq dari PKS, sebuah Partai Politik yang terkenal dengan kampanye “PKS Bersih”. Perbincangan mengenai partai politik di negeri ini tidak pernah berhenti. Dinamika kehidupan partai politik menjadi indikator utama Demokrasi. Partai Politik seolah menjadi satu-satunya saluran resmi aspirasi rakyat untuk menentukan nasib kehidupannya sendiri. Namun harapan rakyat menitipkan nasib kehidupannya kepada partai politik menjadi “Jauh panggang dari api”. Turunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap partai politik menjadi bukti. Partai politik dalam sistem politik Demokrasi, apapun orientasi ideologisnya pasti terjebak permainan pragmatis. Partai politik sudah pasti akan sibuk dan fokus untuk memperbesar asset dukungan dan akses kekuasaan melalui jalur parlemen penuh dengan permainan kotor. Partai Politik yang harusnya mengedukasi dan mencerdaskan rakyat dengan keteladanan.  Justeru menjadi problem maker yang semakin memberatkan kehidupan rakyat di tengah deraan kehidupan multi kompleks. Inilah gambaran sebenarnya kehidupan partai politik yang bobrok buah konsekuensi dari pilihan sistem Demokrasi. Dengan kata lain Demokrasi akan mencetak para elit penguasa dan elit politik yang korup dan penipu. Pertanyaannya apakah masyarakat masih tetap percaya pada partai politik untuk menyalurkan aspirasinya ? Dan apakah masyarakat masih tetap percaya bahwa partai politik yang menjadi kontestan pemilu apapun orientasi visi-misi dan ideologisnya mampu benar-benar memperjuangkan nasib rakyat di tengah kondisi mengurusi partainya sendiri tidak mampu ?

Ironi PKS
          PKS (Partai Keadilan Sejahtera) adalah partai politik yang didirikan di atas basis kader yang pada awalnya getol melakukan aktivitas dakwah. Pada proses perkembangan berikutnya kelompok yang pada awalnya sebuah jamaah dakwah itu mau tidak mau harus beradaptasi dengan kehidupan politik praktis dalam sistem Demokrasi Sekuler. Hal yang sama dilakukan di beberapa negara lain, seperti Ikhwanul Muslimin di Mesir yang menempuh jalur parlemen sebagai jalur perjuangan. Pada awalnya PKS seolah berobsesi untuk ikut mewarnai kehidupan politik Demokrasi Sekuler dengan muatan ideologis Islam. Namun saat ini justeru bukan makin mewarnai melainkan semakin banyak “diwarnai”. Peristiwa yang menimpa Presiden sekaligus Pendiri PKS; Luthfi Hasan Ishaaq sebagai tersangka dalam kasus suap impor daging sapi hendaknya menjadi sebuah pelajaran berharga. Mungkin berkembang pendapat bahwa itu bukan representasi PKS melainkan oknum. Atau bahwa ini semacam skenario untuk menjatuhkan PKS menjelang Pilpres 2014, seperti dugaan adanya skenario kasus melihat filem porno anggota DPR-RI dari FPKS pada saat sidang DPR. Tetapi sesungguhnya, berharap berjuang di belantara sistem politik Demokrasi Sekuler untuk mencapai tujuan perjuangan yang hakiki adalah “sangat utopis”.  Demokrasi  bukanlah sebuah alat seperti pisau atau pedang yang bisa digunakan sesuai kemauan yang membawanya tetapi sejatinya Demokrasi seperti “senjata makan tuan” yang diciptakan oleh Penjajah sebagai alat bunuh diri politis. Karena sesungguhnya Demokrasi adalah Political Trap (Jebakan Politik) dan Intelektual Trap (Jebakan Intelektual) bagi yang mengadopsi dan yang mengikutinya. Selain bertentangan dengan Islam, Demokrasi sengaja dicangkokkan sebagai frame of destroy untuk meluluh lantakkan kehidupan kaum muslimin dan bahkan kehidupan manusia di bawah hegemoni minoritas (elit penguasa berkolaborasi dengan elit pengusaha) atas nama suara rakyat semu karena tidak pernah terwujud realitas mewakili suara rakyat. Inilah yang seharusnya dipahami oleh para elit PKS, kader, konstituen, simpatisan dan massanya. Tidak ada jalan lain meraih kemuliaan perjuangan kecuali kembali secara hanif mengikuti thoriqoh perjuangan yang dipraktekkan oleh Rasullullah SAW dengan meninggalkan gelanggang perjuangan kotor, haram dan maksiat sistem Demokrasi. Penting untuk direnungkan bahwa mencapai tujuan benar, haram hukumnya dengan menghalalkan segala cara. Lalu pertanyaanya kemudian adalah bagaimana seharusnya sebuah partai politik didirikan dan berjuang.

Partai Politik dalam pandangan Islam
          Makna Hizbun (Partai) dan Siyasah (Politik) dalam pandangan Islam adalah  suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, cita-cita dan tujuan yang sama dalam rangka mengurusi urusan rakyat. Atau merupakan kelompok yang berdiri diatas sebuah landasan ideologi (Islam) yang diyakini oleh anggota-anggotanya, yang ingin mewujudkannya di tengah masyarakat.  Karakteriistik Partai Politik menurut Islam sebagaimana Firman Allah SWT : “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang menkar, merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali ‘Imran [3]: 104). Menurut Imam al-Qurthubiy, ummah dalam ayat ini adalah kelompok karena adanya lafadz minkum (diantara kalian). Imam ath-Thabari, menafsirkannya dengan: “(Wal takun minkum) Ayuhal mu’minun (ummatun) jama’atun”,  (hendaklah ada di antaramu (wahai orang-orang yang beriman) umat (jamaah yang mengajak pada hukum-hukum Islam). Sedangkan al-Khair menurut Imam Jalalayn  adalah al-Islam, adapun menurut Ibn Katsir, al-Khair adalah al-Qur’an dan as-Sunnah.

Maka partai Islam yang Ideologis mempunyai beberapa karakter, diantaranya:

1. Dasarnya adalah Islam. Hidup dan matinya adalah untuk Islam 2. Para anggotanya berkepribadian Islam, mereka berpikir dan beraksi berdasarkan Ideologi Islam, yang dihsilkan dari pembinaan yang dilakukan oleh mereka dalam memahami Islam sebagai sebuah Ideologi yang harus diterapkan 3. Memiliki amir/ pimpinan partai yang memiliki pemahaman yang menyatu dan mendalam terhadap Islam. Yang ia dipatuhi selama sesuai dengan al-Quran dan Sunnah 4. Memiliki konsepsi (fikrah) yang jelas terkait berbagai hal. Partai Islam haruslah memiliki konsepsi (fikrah) yang jelas tentang sistem ekonomi, sistem politik, sistem pemerintahan, sistem sosial, sistem pendidikan, politik luar dan dalam negeri dll. Semuanya harus tersedia dan siap untuk disampaikan kepada masyarakat, hingga mereka menganggap penerapan semua sistem tersebut menjadi kebutuhan bersama

5. Mengikuti metode yang jelas dalam perjuangannya sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah saw. yakni. Pertama, melakukan pembinaan pengkaderan dengan pemahaman Ideologi Islam, beserta metode penerapannya.Kedua, bergerak dan berinteraksi bersama masyarakat, sehingga kader-kader partai menyatu bersama pola pikir dan pola sikap masyarakat. Artinya: kader-kader partai tersebut, harus mengopinikan Islam ketengah-tengah masyarakat apa adanya dan tanpa ditutup-tutupi. Selain itu kader partai juga harus, melakukan perjuangan politik, yakni, membongkar konspirasi jahat untuk menghancurkan wilayah kaum muslim, juga pergolakan pemikiran, yakni, menentang ide-ide kufur, seperti Demokrasi, Kapitalisme, Sosialisme juga Komunisme, karena semuanya memang bertentangan dengan Islam.Ketiga, menegakkan syariah Islam secara total dengan dukungan dan bersama dengan rakyat, hal tersebut akan tercapai bilamana masyarakat secara alami sudah rindu diatur oleh syariah Islam dalam bingkai khilafah rasyidah ala minhajin nubuwah. Wallahu ‘Alam bis showab.

(Eramuslim.com)

9/09/2013

Pesan Khalifah Umar Ibnu Abdil Aziz Kepada Para Mujahid


          Di saat Umar Ibnu abdil Aziz  mengutus Manshur Ibnu Ghalib untuk memerangi ahlul harb (negara yang terlibat perang dengan kaum Muslimin)   dia berpesan agar para mujahidin senantiasa menjaga ketakwaannya kepada Allah SWT di manapun mereka melaksanakan tugas mulia, li I’laai kalimatillah. Dalam pesannya itu dia menyatakan bahwa ketakwaan adalah bekal utama, kekuatan terbesar, sekaligus strategi yang paling dibutuhkan dalam menghadapi musuh-musuh mereka. 

          Dia pun memperingatkan: “Janganlah kalian menjadikan sesuatu apapun dari musuh-musuh kalian (besarnya jumlah pasukan dan kekuatan persenjatan yang mereka miliki)  lebih kalian takuti dari pada kemaksiatan kepada Allah SWT. Ketahulilah, dosa dosa kalian lebih aku khwatirkan dari pada seluruh makar, tipudaya, dan kejahatan musuh yang akan kalian hadapi. Sungguh, kemenangan kita tidak lain karena kemaksiatan yang mereka lakukan. Jika tidak,  niscaya kita tidak memiliki kekuatan apapun yang bisa mengalahkan mereka; jumlah mereka tidak sebanding dengan kita,  begitupun persenjataan, logistik serta perlengkapan perang yang mereka miliki jauh melebihi apa yang kita telah persiapkan. Oleh karena itu,  seandainya kita bermaksiat seperti mereka, tentu mereka lebih kuat dan lebih mudah mengalahkan kita dengan jumlah dan perlengkapan yang mereka miliki itu. Dan ketahuilah, kita dimenangkan oleh Allah SWT atas mereka tiada lain karena kebenaran yang kita perjuangkan, bukan hanya seberapa besar kekuatan yang kita miliki. Dan ingatlah, bahwa kalian senantiasa dilindungi dan diwasai oleh para malaikat Allah Swt, mereka mengetahui segala tindakan kalian, baik dalam perjalanan maupun tempat persinggahan kalian, maka hendaklah kalian malu terhadapnya, berbuat baiklah, dan janganlah kalian menyakiti mereka dengan kemaksiatan-kemaksiatan yang kalian lakukan, sementara kalian menyangka  bahwa kalian sedang berjuang di jalan Allah SWT” (Abdillah Ibni Abdil al-Hakam, Sirot ‘Umar Ibni ‘Abdil ‘Aziz ‘Ala Maa Rowahu al-Imam Malik Ibnu Anas Wa Ash-Habuhu, hal. 76)

          Secara lebih khusus Khalifah juga memberi pesan kepada Manshur Ibnu Ghalib sebagai pemimpin pasukan kaum Muslimin,  untuk senantiasa memperhatikan kondisi para mujahidin, memperlakukan mereka dengan penuh kasih sayang, serta tidak memaksa mereka menempuh satu perjalanan berat yang membuat kekuatan fisik mereka  melemah sebelum berhadapan dengan musuh, sebab hal itu akan membuat musuh-musuh kaum Muslimin semakin kuat. Oleh karenanya, dia memerintahkan kepada Manshur Ibnu Ghalib untuk memberikan kesempatan kepada para mujahid beristirahat sehari semalam dari perjalanan mereka, yakni setiap hari Jumat, di mana mereka dapat meletakkan senjata dan perbekalan untuk memulihkan kembali kondisi fisik mereka.

          Dari pesan-pesan di atas tampak setidaknya ada dua hal penting yang mendapat perhatian besar Sang Khalifah  dalam menghadapi kekuatan besar musuh-musuh Islam, pertama: ketakwaan para mujahidin, di mana sedikit saja mereka lalai dari mengingat Allah SWT, apalagi bermaksiat kepada-Nya, maka mereka akan sangat mudah dikalahkan. Namun sebaliknya, ketika mereka senantiasa menjaga ketakwaan kepada Allah SWT, maka betapun besarnya kekuatan musuh niscaya dengan izin Allah Swt mereka bisa menghadapinya. Kedua: soliditas dan rasa kasih sayang di antara kaum Muslimin serta optimalisasi seluruh kemampuan yang mereka miliki, termasuk kondisi fisik mereka. Jika hal ini tetap dijaga, maka kekuatan besar itu akan mampu dienyahkan, meski kaum Muslimin secara dzahiriyah harus berperang dengan jumlah pasukan dan persenjataan yang tidak sebanding dengan kekuatan musuh.

          Pesan inilah yang harus senantiasa dijaga oleh para pejuang-pejuang Islam saat ini. Semoga dengan izin Allah SWT, segala kendala, rintangan, hambatan bahkan kekhawatiran akan besarnya kekuatan musuh-musuh Islam bisa dihilangkan. Sebaliknya,  kita senantiasa yakin bahwa Allah SWT bersama hamba-hambanya yang bertakawa dan terus berjuang menolong agama-Nya. Wallahu a’lam. Abu Muhtadi