12/02/2012

Dampingilah Aku Selamanya



Di sebuah rumah sederhana yang asri
tinggal sepasang suami istri yang

sudah memasuki usia senja. Pasangan
ini dikaruniai dua orang anak yang
telah dewasa dan memiliki kehidupan
sendiri yang mapan. Sang suami
merupakan seorang pensiunan
sedangkan istrinya seorang ibu rumah
tangga.
Suami istri ini lebih memilih untuk tetap
tinggal dirumah mereka menolak ketika
putra-putri mereka menawarkan untuk
ikut pindah bersama mereka. Jadilah
mereka, sepasang suami istri yang
hampir renta itu menghabiskan waktu
mereka yang tersisa dirumah yang
telah menjadi saksi berjuta peristiwa
dalam keluarga itu. Suatu senjaba’da
Isya disebuah mesjid tak jauh dari
rumah mereka, sang istri tidak
menemukan sandal yang tadi
dikenakannya kemesjid tadi. Saat sibuk
mencari, suaminya datang
menghampiri
“Kenapa Bu?” Istrinya menoleh sambil
menjawab “Sandal Ibu tidak ketemu
Pa”. “Ya udah pakai ini saja” kata
suaminya sambil menyodorkan sandal
yang dipakainya. walau agak ragu sang
istri tetap memakai sandal itu dengan
berat hati. Menuruti perkataan
suaminya adalah kebiasaannya. Jarang
sekali ia membantah apa yang
dikatakan oleh sang suami.
Mengerti kegundahan istrinya, sang
suami mengeratkan genggaman pada
tangan istrinya.
“Bagaimanapun usahaku untuk
berterimakasih pada kaki istriku yang
telah menopang hidupku selama
puluhan tahun itu, takkan pernah
setimpal terhadap apa yang telah
dilakukannya. Kaki yang selalu berlari
kecil membukakan pintu untuk-ku saat
aku pulang, kaki yang telah mengantar
anak-anakku ke sekolah tanpa kenal
lelah, serta kaki yang menyusuri
berbagai tempat mencari berbagai
kebutuhanku dan anak-anakku”.
Sang istri memandang suaminya sambil
tersenyum dengan tulus dan
merekapun mengarahkan langkah
menuju rumah tempat bahagia
bersama….Karena usia yang telah
lanjut dan penyakit diabetes yang
dideritanya, sang istri mulai mangalami
gangguan penglihatan. Saat ia
kesulitan merapikan kukunya, sang
suami dengan lembut mengambil
gunting kuku dari tangan istrinya.
Jari-jari yang mulai keriput itu dalam
genggamannya mulai dirapikan dan
setelah selesai sang suami mencium
jari-jari itu dengan lembut dan
bergumam “Terimakasih”.
“Tidak, Ibu yang terimakasih sama
Bapak, telah membantu memotong
kuku Ibu” tukas sang istri tersipu malu.
“Terimakasih untuk semua pekerjaan
luar biasa yang belum tentu sanggup
aku lakukan. Aku takjub betapa luar
biasanya Ibu. Aku tau semua takkan
terbalas sampai kapanpun” kata
suaminya tulus.
Dua titik bening menggantung disudut
mata sang istri “Bapak kok bicara
begitu?
Ibu senang atas semuanya Pa, apa
yang telah kita lalui bersama adalah
luar biasa.
Ibu selalu bersyukur atas semua yang
dilimpahkan pada keluarga kita, baik
ataupun buruk. Semuanya dapat kita
hadapi bersama. Hari Jum’at yang cerah
setelah beberapa hari hujan. Siang itu
sang suami bersiap hendak
menunaikan ibadah Shalat Jum’at,
Setelah berpamitan pada sang istri, ia
menoleh sekali lagi pada sang istri
menatap tepat pada matanya sebelum
akhirnya melangkah pergi. Tak ada
tanda yang tak biasa di mata dan
perasaan sang istri hingga saat
beberapa orang mengetuk pintu
membawa kabar yang tak pernah
diduganya.
Ternyata siang itu sang suami tercinta
telah menyelesaikan perjalanannya di
dunia. Ia telah pulang menghadap
sang penciptanya ketika sedang
menjalankan ibadah Shalat Jum’at,
tepatnya saat duduk membaca Tahyat
terakhir. Masih dalam posisi duduk
sempurna dengan telunjuk kearah
Kiblat, ia menghadap Yang Maha
Kuasa.
“Subhanallah sungguh akhir
perjalanan yang indah” gumam para
jama’ah setelah menyadari kalau dia
telah tiada. Sang istri terbayang
tatapan terakhir suaminya saat mau
berangkat kemesjid.
Terselip tanya dalam hatinya,
mungkinkah itu sebagai tanda
perpisahan pengganti ucapan selamat
tinggal. Ataukah suaminya khawatir
meninggalkannya sendiri didunia ini.
Ada gundah menggelayut dihati sang
istri. Walau masih ada anak-anak yang
akan mengurusnya, Tapi kehilangan
suami yang telah didampinginya
selama puluhan tahun cukup
membuatnya terguncang. Namun ia
tidak mengurangi sedikitpun keikhlasan
dihatinya yang bisa menghambat
perjalanan sang suami menghadap
Sang Khalik.
Dalam do’a dia selalu memohon
kekuatan agar dapat bertahan dan juga
memohon agar suaminya ditempatkan
pada tempat yang layak. Tak lama
setelah kepergian suaminya, sang istri
bermimpi bertemu dengan suaminya.
Dengan wajah yang cerah sang suami
menghampiri istrinya dan menyisir
rambut sang istri dengan lembut. “Apa
yang Bapak lakukan?’ tanya istrinya
senang bercampur bingung.
“Ibu harus kelihatan cantik, kita akan
melakukan perjalanan panjang. Bapak
tidak bisa tanpa Ibu, bahkan setelah
kehidupan didunia berakhir, Bapak
selalu butuh Ibu. Saat disuruh memilih
pendamping Bapak bingung, kemudian
bilang pendampingnya tertinggal,
Bapakpun mohon izin untuk
menjemput Ibu.”
Istrinya menangis sebelum akhirnya
berkata “Ibu ikhlas Bapak pergi, tapi
Ibu juga tidak bisa bohong kalau Ibu
takut sekali tinggal sendiri. Kalau ada
kesempatan mendampingi Bapak sekali
lagi dan untuk selamanya tentu saja
tidak akan Ibu sia-siakan. Sang istri
mengakhiri tangisannya dan
menggantinya dengan senyuman.
Senyuman indah dalam tidur panjang
selamanya….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar